KABINET AL-BALAD

Berkontribusi dengan hati, Berdedikasi dalam ajaran,dan Bertindak secara Revolusi

Profil Ketua Kenali Kami

Tentang Kami

Kabinet Al-Balad

Al- Balad mengandung isyarat tentang kedudukan mulia sekaligus menjelaskan bahwa manusia diciptakan dengan kodrat serta potensi menghadapi berbagai tantangan.

Read More

Semboyan Gerakan

“ Berfikir, bergerak dan berjuang ”

Read More

Semboyan Kabinet

“BERSATU DALAM RAGAM WARNA”

Read More

6 Prinsip HMJ-Sos 2016/2017

1)Religious 2)Live With Integrity 3)Inspire Your Employees 4)Built A Great Management Team 5)Create A Flexible Organization 6)Democracy

Read More

Postingan Terbaru

Minggu, 10 Januari 2016

Uin Bandung Sebagai Entitas Peradaban

Melihat dunia kampus yang berlebelkan islam yang memiliki paradigam oriantasi keilmuan yang baru. bahkan komplekstisitas study keilmuan  yang universal kian mensesejejar dirinya dengan kampus-kampus ternama lainya. UIN bandung kini telah bertransformasi dari yang kultur tradisional (Kesantrian/ Pesantren) kini mulai beranjak menyesuaikan dengan tuntutan zaman(Modernitas).Goal AttaitmentEntitas baru ini menunjukan bahwa ada usaha Kerja keras yang sangat intens untuk mencapai titik equilibriun antara ilmu pengetahuan dan ilmu keislaman (agama), sehingga muncul sebuah jargon baru, bahwa wahyu memandu ilmu.
Perlu adanya pematangan Entitas peradaban UIN untuk menjadi dan merancang sebuah Flatform bersama yang dikomandoi oleh Rektor terpilih. Segala macam program kerja, pelaksanaan dan hasil dari program tersebut bisa dirasakan oleh setiap elemen Civitas Akademika. Ada Segitigapenyeimbang dalam pengontrolan Flatform tersebutyang dimana ketiganya ini memiliki sebuah Afiliasi dari tali satu ke tali yang lainya. (Univesitas, Fakultas Dan Jurusan).
Prosedur segitiga tadi harus Melegitimasikan dirinya bahwa apa yang ia lakukan semata-mata untuk kepentingan bersama dan berusaha membawa nama baik UIN bandung ke kancah eksternal, kita berusaha harus bisa mengubah Paradigma atau Mindset orang lain. bahwa UIN terkenal dengan jago kandangnya. Melalui berbagai gebrakan terbaru.
Secara subtansi ketiganya ini sangatlah vital untuk mentransformasikan UIN menjadi UIN yang baru diatas tangan yang berwajah barupula. Setelah ada transformasi IAIN menuju UIN, Kini selayaknya transformasi tersebut perlu di bangun kembali oleh tangan-tangan kreatif dan Inovatif. Sehingga, sepeti apa yang kita ketahui sekarang bahwa entitas politiklah yang dikedepankan sehingga lupa bahwa harus ada Entitas baru yang perlu kita bangun. Yaitu Entitas peradaban. Pelajaran kita dalam mengambil sebuah sikap hal berpolitik dan berdialektika sebagai kaum intelek, perlu dikaitkanya dengan pembelajaran kita dengan memajukan peradaban baru UIN Madani.
Mahasiswa Sebagai Aktor Penyeimbang
Jika kita membaca membaca buku gelombang ketiga karya Anis Matta, menyebutkan bahwa diera gelombang ketiga ini masyarakat menjdi aktor utama yang mengimbangi peran negara bahkan dalam maysrakat. dalam skala global dapat medesak gerak suatu negara, karena kenyataan dengan adanya keterhubungan (Connectedness) semua pihak.
Dalam konsep gelombang ketiga tersebut dapat kita korelasikan dengan dunia perkampusan, yang dinana peran mahasiswa dalam mengontrol berbagai Flatform petinggi pun pasti bisa Dilakukan dan ditopang oleh seluruh mahasiswa yang berperan aktif dalam dunia perkampusan maupun yang pasif. Sebagai aktor utama penyeimbang dunia perkampusan maka tugas mahasiswa adalah perlu adanya sebuah nilai idelaisme yang tepat dan perlu adanya sebuah kontribusi besar terhadap apa yang sedang terjadi/ ia hadapi. Dunia realitas akan membentuk kontruksi sosial peran mahasiswa untuk mengontrol semuanya.
Melampaui Idividualisme
Wajah baru mahasiswa diera modernitas saat ini merupakan nilai-nilai baru yang bersal dari sejarah IAIN menuju UIN (Tradisional To Modern)yang bertransformasi atas dasar menyambut masa depan dan atas dasar persaingan. Ada selintingan suara-suara nyaring yang mengatakan bahwa UIN kali ini tidak lagi UIN yang alami, islami dan insani namun menjadi UIN yang individualitik, munculnya gaya hidup baru, identitas baru dan manhaj baru. Rumusan itu sama sekali tidak salah, bahkan secara fakta sosial memang seperti itu ralitanya. Namun perlu kita fahami bersama bahwa dalam konteks perkembangan zamanlah yang patut kita telusuri. Dari sudut pandang manakah kita mengatakan hal tersebut. ternyata hal inilah yang menyebabkan sesuatu itu bisa terjadi.
Anis Matta menegaskan kembali, bahwa orang indonesia dalam gelombang ketiga ini sedang membangun nilai yang disebutnya Melampaui Individualisme (Trancending The Individualism). Dan inilah sebuah konsep gambaran bahwa mahasiswa UIN bandung sedang menunjukan dan membangun nilai-nilai barunya melalui berbagai karya dan inovasi terbaru. Sebuah misi yang lahir dari setiap individu yang kemudian melahirkan prestasi demi UIN madani.
Semangat berkolaborasi yang ditampakan melalui pelampauan individualisme sebagai sikap mahasiswa UIN bandung yang islami, ini disatukan oleh nilai-nilai universal (Study Keilmuan Setiap Individu).
Sekarang kita buka kembali lembaran-lembaran baru wujud dari sebuah produk yang bernama mahasiswa yang minta diakui, di perhatikan, diberikan haknya untuk bisa berkontribusi dan berimajinasi jauh lebih dalam mengarungi dan menikmati kampus tercintanya. dalam suatu kolaborasi antara ketiga segitiga tadi (Universitas, Fakultas Dan Jurusan). Maka sekarang tuntutan dalam lembaran kelam tadi kita hapus dengan nilai baru atas dasar kerterhubungan (Conectivity) yang merupakan karakteristik mahasiswa baru. Tindakan ini memungkinkan adanya sebuah kombinasi baru antara ekspresi individu yang bertemu dengan kolaborasi sosial.
Dalam membangun nilai baru ini jika kita implementasikan dan kita selaraskan dengan dunia pendidikan, maka sepatutnya mahasiswa bisa membangun jati dirinya dalam konteks program studinya masing-masing. Keilmuan inilah yang akan menimbulakn sebuah Entitas baru melaui berbagai prestasi yang telah ia geluti. Kemudian pendidikan ini akan mengahasilakn produk para intelek yang berkarakter sesuai dengan apa-apa yang dicita-citakan Suko guru kita semua yaitu kihajra dewantara. Melalui tiga wujud masyarakat, keluarga dan pendidikan. Proses evolusi ini perlu adanya dukungan dari berbagai pihak.
Seperti tadi dikatan dengan konsep segitiga, Universitas sebagai nama dan lembaga tertinggi dalam sebuah perguruan tinggi harus bisa menghantarkan para penghuninya kepada dunia luar, sekarang fakultas harus bisa mengkomadoi para mahasiswanya yang berprestasi maupun yang sedang berproses, agar bisa terlibat dalam berbagai kegitan universitas dan bisa mengarahakan jurusan yang terdapat dalam sebuah fakultas. Jadi ketiga saling menghantarkan satu sama lain agar tercipta satu equlibrium yang matang. 
Pergeseran nilai melaui tranformasi telah mencirikan apa-apa yang menjadi identitas pada setiap masanya. Dalam teori Daniel Bell menegaskan mengenai perubahan masyarakat dan ramalan sosial bahwa dunia akan saling berganti dan berputar, pergeseran masyarakat pra industri, industri dan post industri pada masyarakat amerika seperti apakah sebenarnya hambatan/ rintangan yang dirasakan oleh masyarakat.
Jika dikaitkan dengan teori struktural fungsional talcot parson bahwa mahasiswa merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Masyarakat (mahasiswa) harus bisa menyesuaikan dengan sistem sosial agar bisa tetap Survive (bertahan).Ini menandakan perlu adanya penyesuaian zaman.
Model Mahasiswa Baru UIN Bandung
    Sejarah mencatat terhadap perubahan IAIN menuju UIN bandung yang secara alot berjalan terus merangkak menuju suatu titik keseimbangan untuk mencapai ilmu pengetahuan, ilmu agama dan kesejatreraan yang berdampak terstruktur dan jangka panjang. Meningkatnya peminat produktif dan non-produktif yang melampaui batas ketentuan dari tahun ketahunya dengan bermunculan fakultas baru, jurusan baru yang dimana berusaha menyesuaikan permintaan pasar (keilmuan non agama/ umum) seperti FISIP, PSIKOLOGI SAINTEK dll. Ini membuktikan bahwa transformasi tersebut telah berhasil walaupun dihiasi dengan bumbu-bumbu kapitalisme
    Ini adalah momentum langka yang perlu dijaga oleh setiap eleman (segitiga) untuk menentukan arah perubahan dan arah penentuan peradaban kedalam jalur cepat lahirnya kampus yang madani, islami dan beradab.
    Proses perjalan panjang untuk merokonsiliasi kampus islami ini, perlu adanya orang-orang yang gigih dalam berjuang sehingga mangahsilakn nilai-nilai model dan karakter mahasiswa baru. Yang bersendikan agama (yang memberikan orientasi), sementara pengetahuan menjadi pemberdaya (Enabler),kesejahteraan yang awalnya hasil dari pengetahuan kini berubah menjadi faktor katalis agar mahasiswa makin berklualitas hidupnya, termasuk dalam hal spiritual. Kemuadian UIN bandung akan mengahsilkan lulusan dan membangun mahasiswa yang religius, berpengetahuan dan sejahtera.
   
*Penulis Adalah Mahasiswa Semester Empat, Jurusan Sosiologi F Fisip Uin Bandung.

Kami Sosiologi

“Kami Sosiologi”
“Jumlah Kami “ Satu “
"KITA SATU, LOYALITAS TANPA BATAS”
Bung.....,
Kita  tahu di mana kita hidup sekarang ini. Berhimpitan dengan krisis sosial yang terus mencekik dan rupanya peran negara membuat perjuangan menjadi sebuah pilihan. Kita menyaksikan bagaimana derita bangsa ini seolah tak mau berakhir, menjalarnya wabah penyakit dan derita karena korupsi, dll.Caci maki kita terhadap kekejian Orde Baru nyatanya hanya menyentuh asap karena belakangan ini mulai timbul semangat untuk membangkitkan kembali kuasa Orde Baru. Puluhan mahasiswa dengan antusias dipaksa terjun kedalam lumpur yg diberi nama organisasi ekstra kampus. Di tunggangi oleh orang yg berkepentingan dan diolah oleh orang-orang bajingan.
Sedangkan di seberang sana, masyarakat kita menggeliat melawan ketidakadilan. Ini yang kemudian tidak digarap dengan cara cerdik oleh sejumlah organisasi yang dihuni oleh manusia-manusia muanfik. Dengan gembira mereka sibuk mengembangkan proyek demokrasi sambil memupuk laba untuk kepentingan kekayaan pribadi atau lembaganya sendiri. Jualan program ke sana kemari dengan antusias sembari mengutuk mereka yang terpengaruh paham fundamentalis atau mahasiswa baru yang dianggap masih PERAWAN. Lagi-lagi kita diboyong dengan bahasa birokrasi, iming-iming nilai dan kaidah, dan yang parah lagi kita dijadikan gembala untuk korban massa mereka.
Kau memang boleh geram, kecewa, dan sedih. Tapi situasi itu terjadi tidak hanya di lingkungan kita ini bung.....”Di televisi bisa kita saksikan para intansi negara  yang mahir dalam menghipnotis massa. Mereka selalu teriakkan: sabar, sabar, dan sabar! Seolah-olah mereka tak tahu kalau kesabaran ini sudah terlampau lama diamalkan dengan cara yang buas. Ketika semua pejabat dan ahli ekonomi berdebat tentang kemiskinan kita seperti melihat tontonan sirkus yang tidak menghibur. Data berapa pun yang disodorkan, kemiskinan tetap menjadi sebuah kisah misteri…Kesabaran yang diam-diam berubah menjadi kebodohan dan kenaifan. Lalu sebagian artis yang mengaku jadi ustad masih bisa berceramah mengenai kesabaran dengan tekun dan antusiasnya. Mereka seperti hidup tidak menyentuh bumi sekaligus tidak mendengar gema kepedihan. Mereka berada dalam lingkungan hidup mereka sendiri, bukan sebuah lingkungan yang seharusnya banyak membuat mereka belajar.
Kita sepakat !
Setiap organisasi mahasiswa seharusnya  kita dorong untuk turun ke lapangan menyentuh mereka yang nestapa dengan kasih sayang dan menuntut penguasa zalim dengan perlawanan.Cerminkan kasih sayang itu dalam bentuk prilaku sosial. Gerakan organisasi yang ada di UIN SGD Bandung yang punya basis, jangan organisasimu hanya jadi sarana memeras pendapatan pribadi.organisasi yang kalian dirikan hendaknya menjadi tempat mahasiswa untuk menemukan jatidirinya. Organisasi yang didirikan sebaiknya mengajarkan realitas sosial yang timpang dan melibatkan para kadernya dalam studi-studi normatif. Pendidikan agama yang ditebarkan sebaiknya bertumpu pada semangat solidaritas, pembelaan, dan perlindungan pada mereka yang terkucilkan dalam sistem social. pendidikan itu perlu dikobarkan dengan semangat menghargai akal dan dilandasi oleh sikap untuk tidak bermegah-megahan.
“Kami Tidak menerima Intervensi dari siapapun Termasuk TUHAN !!!!

OPEN RECRUITMENT



Powered byEMF Online Survey

Jumat, 09 Januari 2015

Anti Kapitalisme

Dalam sebuah buku tentang antikapitalisme, kita pasti akan mendengar sejumlah alasan mengapa kita harus menentang kapitalisme. Banyak pendapat mengenai hal ini yang kadang-kadang menimbulkan kontroversi sangat tajam dan mengejutkan. Namun, semuanya memiliki kesamaan: sama-sama menentang “sesuatu” yang disebut ‘kapitalisme’ atau yang disebut dengan berbagai nama, seperti ‘Kapitalisme neoliberal’, ‘Kapitalisme transnasional’, ’Globalisasi ekonomi’, dan ‘Kapitalisme korporasi’. Walaupun literatur antikapitalis dipenuhi berbagai macam alasan mengapa seseorang harus menentang kapitalisme, tetapi masih kurang dijelaskan seperti apa ‘kapitalisme’ dan bagaimana kapitalisme berbeda dengan bentuk-bentuk organisasi sosial yang lain. Akibatnya, kurang jelas mengapa kapitalisme menjadi ‘hegemonik’, yakni mengapa kapitalisme terlihat ‘alamiah’ atau ‘normal’ bagi kebanyakan orang. Seseorang dapat berpandangan bahwa kapitalisme harus dipertahankan di dunia. Jadi, demi memperkenalkan ‘para pemula’ hakikat antikapitalis, maka jalan terbaik adalah memulainya dengan beberapa pokok pikiran tentang kapitalisme itu sendiri. Secara khusus kita harus memikirkan bagaimana kapitalisme dapat menciptakan dirinya sebagai bentuk sistem ekonomi yang dominan dan diterima sebagai sesuatu yang ‘rasional’ dan ‘menggiurkan’ oleh kebanyakan orang, baik di negara maju maupun di negara berkembang". 

Dalam buku ini, Simon Tormey memaparkan dengan jelas Apa itu kapitalisme, Bagaimana kemunculan dan perkembangan kapitalisme, Bagaimana kapitalisme menjadi sistem ekonomi yang dominan saat ini dan bagaimana ia memengaruhi kehidupan kita. Ia juga memperlihatkan berbagai macam gerakan antikapitalisme hingga kritik atas gerakan antikapitalisme itu sendiri. Tidak sampai disitu saja, penulis juga menawarkan alternatif untuk gerakan antikapitalisme. 

Walaupun buku ini tak setebal buku-buku lainnya yang membahas tentang kapitalisme, namun, Simon Tormey membahasnya cukup padat dan berisi dalam 300 halaman. Buku ini layak untuk menjadi bahan pendiskusian di tataran gerakan antikapitalisme.

Rabu, 09 Januari 2013

E-Book Filsafat Ilmu

Update Kegiatan HMJ Sosiologi

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Executive Officer

Ikratul Akbar
Ketua HMJ Sosiologi 2016/2017
Deni Kurnia
Sekertaris Umum
Ahmarogi
Bendahara Umum
Seni Ardina
Ketua Bidang PAO

Contact

Hubungi Kami

Alamat Sekertariat:

Gedung Student Center UIN Sunan Gunung Djati Bandung Lantai 2 Jl. A.H. Nasution No.105, Cibiru Bandung

Kalender Kegiatan:

Coming Soon

Telp/Hp:

089662551081